Kata-Kata Hikmah..

1-Kata-kata hikmah ini merupakan koleksi kata-kata mutiara indah yang sesuai dijadikan motivasi dan pengisian jiwa.
2-Jangan berputus-asa kerana biasanya anak kunci terakhirlah yang dapat membuka kunci.
3-Kemahuan yang tinggi akan mengubah persepsi seseorang terhadap sesuatu sehingga yang mustahil pun boleh terjadi.
4-Lebih baik berusaha menyalakan lilin dari menyumpah kepada kegelapan.
5-Jangan takut dan segan untuk setiap tindakan yang anda lakukan.Seluruh kehidupan adalah satu ujian. 6-Orang yang berjaya ialah orang yang melakukan tindakan yang tidak mampu diimaginasikan oleh orang lain, malah tidak mampu dilakukan oleh orang besar sekalipun.
7-Sebelum mencela pasangan hidupmu, bayangkan mereka yang masih menghiba untuk dikurnia jodoh.
8-Manusia yang berjaya akan memperolehi keuntungan daripada kesilapannya, dan mencuba lagi dengan cara yang lain.
 9-Berani Berkorban dan Berubah, Kejayaan adalah Ganjarannya
10-Setiap perkara ada gantinya. Setiap perlakuan ada ganjarannya. Setiap kejadian ada hikmah di sebalik kejadiannya.
11-Tiada jalan singkat untuk kita sampai ke sesuatu destinasi yang sememangnya jauh. Perjalanan tetap melibatkan langkah demi langkah dan tingkat demi tingkat.
12-Nabi Muhammad pernah berkata, (Amal yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan secara terus menerus sekalipun sedikit (HR Bukhari dan Muslim daripada Aisyah) Kegagalan bermakna bahawa anda belum berjaya lagi.
13-Orang yang gagal adalah orang yang tidak mampu mengurus masalah.Hanya manusia yang mampu mengurus masalah sahaja yang boleh berjaya.
14-Orang yang berjaya juga mampu menimbulkan perasaan kagum serta takjub orang lain kerana kejayaan dan kehebatannya
15-Orang yang berjaya tidak hidup di pinggir peristiwa, bukan orang yang kosong tanpa nilai dan bukan orang yang hanya menjadi pelengkap
16-Belajar dari pengalaman adalah guru yang paling baik. Jatuh pada lubang yang sama adalah suatu kebodohan.
17-Sayidina Ali menyatakan “Kalau engkau ingin menjadi raja, maka pakailah sifat qona’ah (puas). Kalau engkau ingin syurga dunia sebelum syurga akhirat, pakailah budi pekerja yang mulia”.
18-Apabila anda kaya,fikirkanlah saat-saat anda pernah miskin dahulu.
19-Antara akhlak orang yang berjaya adalah optimis dan tidak berputus asa, mampu memperbaiki kesalahannya dan keluar daripada krisis serta mengubah kerugian menjadi keuntungan
20-Baik kaya adalah kaya hati, sebaik-baik bekal adalah takwa, seburuk-buruk buta adalah buta hati dan sebesar-besar dosa adalah berdusta
21-Kecantikan yang abadi terletak pada keelokkan adab dan ketinggian ilmu seseorang, bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.( Hamka).
22-Orang yang takut menghadapi kesukaran selamanya tidak akan maju. (Home)
23-Yang dikatakan kawan bukanlah orang yang sentiasa memuji-muji kamu, tetapi adalah orang yang dapat menunjukkan kesalahan kamu.
24-"Dan berbuatlah kamu akan kebaikan supaya kamu mendapat kemenangan." (Surah al-Hajj:77)
25-"Maka sifat sabar itu adalah sikap yang baik, dan hanya Allah sahajalah tempat meminta pertolongan" (Surah Yusuf:18)
26-Berunding cerdik dengan pandai, faham dua menjadi satu.
27-Yang paling kita perlukan dalam kehidupan ialah adanya seseorang yang selalu memberi semangat untuk melaksanakan hal-hal yang dapat kita kerjakan. (Davey John Schwartz)
28-Sabar penghilang penat, tekun pembawa dekat.
29-Lebih berharga mutiara sebutir daripada pasir sepantai.
30-Terbang bangau sepanjang hari, ke tasik jua akhirnya dicari.
31-Biar kamu tidak cantik di mata penduduk bumi tetapi namamu menjadi perbualan penduduk langit.
32-Siapa yang banyak bicara, banyak pula salahnya; siapa yang banyak salah, hilanglah harga dirinya; siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak warak; sedangkan orang yang tidak warak itu bererti hatinya mati. (Saidina Ali Abu Talib)
33-Sabda Rasulullah s.a.w: "Akhlak yang buruk merosakkan amal seperti cuka merosakkan madu."
34-Kita sering mengimbas kembali kenangan lalu tetapi jarang sekali berusaha untuk mengejar impian hari esok.
35-Manusia yang berbuat baik dengan mengharapkan sesuatu balasan bukanlah manusia yang jujur. Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat, asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh dengan agama Allah. (Surah Al-Baqarah:214)
36-Kekitaan yang erat tiada yang berat.
37-Jika pada awalnya anda tidak berjaya,cubalah cari kembali arah haluan yang pernah anda lemparkan ke dalam tong sampah.
38-Tunjuk menjadi telaga budi, ajar menjadi suluh hati
39-Belajarlah berdiri dahulu sebelum cuba untuk berlari.
 40-Kekayaan yang hilang boleh dikejar dengan usaha yang bersungguh-sungguh.
41-Kesihatan yang hilang boleh diperoleh dengan ubat-ubatan yang baik tetapi masa yang hilang sekali hilang akan terus hilang.
42-Jadilah seperti pohon kayu yang berbuah lebat, dibaling dengan batu dibalas dengan buah.

Pada tahun 1998, Joseph Cohen seorang Yahudi Ortodoks kelahiran AS hijrah ke Israel karena keyakinannya yang sangat kuat pada ajaran Yudaisme. Ia kemudian tinggal di pemukiman Yahudi Gush Qatif di Gaza (Israel mundur dari wilayah Jalur Gaza pada tahun 2005).

Cohen tak pernah mengira bahwa kepindahannya ke Israel justru membawanya pada cahaya Islam. Setelah tiga tahun menetap di Gaza, Cohen memutuskan untuk menjadi seorang Muslim setelah ia bertemu dengan seorang syaikh asal Uni Emirat Arab dan berdiskusi tentang teologi dengan syaikh tersebut lewat internet. Setelah masuk Islam, Cohen mengganti namanya dengan nama Islam Yousef al-Khattab.

Tak lama setelah ia mengucapkan syahadat, istri dan empat anak Yousef mengikuti jejaknya menjadi Muslim. Sekarang, Yousef al-Khattab aktif berdakwah di kalangan orang-orang Yahudi, meski ia sendiri tidak diakui lagi oleh keluarganya yang tidak suka melihatnya masuk Islam.

"Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Kita tidak boleh memutuskan hubungan kekeluargaan, tapi pihak keluarga saya adalah Yahudi dengan entitas ke-Yahudi-annya. Kami tidak punya pilihan lain, selain memutuskan kontak untuk saat ini. Kata-kata terakhir yang mereka lontarkan pada saya, mereka bilang saya barbar," tutur Yousef tentang hubungan dengan keluarganya sekarang.

Ia mengakui, berdakwah tentang Islam di kalangan orang-orang Yahudi bukan pekerjaan yang mudah. Menurutnya, yang pertama kali harus dilakukan dalam mengenalkan Islam adalah, bahwa hanya ada satu manhaj dalam Islam yaitu manhaj yang dibawa oleh Rasululullah saw yang kemudian diteruskan oleh para sahabat-sahabat dan penerusnya hingga sekarang.

"Cara yang paling baik untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama untuk semua umat manusia adalah dengan memberikan penjelasan berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan yang membedakan antara umat manusia adalah ketaqwaannya pada Allah semata," ujar Yousef.

"Islam bukan agama yang rasis. Kita punya bukti-bukti yang sangat kuat, firman Allah dan perkataan Rasulullah saw. Kita berjuang bukan untuk membenci kaum kafir. Kita berjuang hanya demi Allah semata, untuk melawan mereka yang ingin membunuh kita, yang menjajah tanah air kita, yang menyebarkan kemungkaran dan menyebarkan ideologi Barat di negara kita, misalnya ideologi demokrasi," sambung Yousef.

Ia mengatakan bahwa dasar ajaran agama Yahudi sangat berbeda dengan Islam. Perbedaan utamanya dalam masalah tauhid. Agama Yahudi, kata Yousef percaya pada perantara dan perantara mereka adalah para rabbi. Orang-orang Yahudi berdoa lewat perantaraan rabbi-rabbi mereka.

"Yudaisme adalah kepercayaan yang berbasiskan pada manusia. Berbeda dengan Islam, agama yang berbasis pada al-Quran dan Sunnah. Dan keyakinan pada Islam tidak akan pernah berubah, di semua masjid di seluruh dunia al-Quran yang kita dengarkan adalah al-Quran yang sama," ujar Yousef.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Yahudisme di sisi lain berpatokan pada "tradisi oral" misalnya kitab Talmud yang disusun berdasarkan informasi dari mulut ke mulut yang kemudian dibukukan. Para rabbi sendiri, kata Yousef mengakui, bisa saja banyak hal yang sudah orang lupa sehingga keabsahan kitab tersebut bisa dipertanyakan.

Yousef mengungkapkan, kitab Taurat yang diyakini kaum Yahudi sekarang memiliki sebelas versi yang berbeda dan naskah-naskah Taurat itu bukan lagi naskah asli. "Alhamdulillah, Allah memberikan rahmat pada kita semua dengan agama yang mudah, di mana banyak orang yang bisa menghapal al-Quran dari generasi ke generasi. Allah memberkati kita semua dengan al-Quran," tukas Yousef. Meski demikian, ia meyakini dialog adalah cara terbaik dalam berdakwah terutama di kalangan Yahudi.

Ditanya tentang kelompok-kelompok Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. Yousef menjawab bahwa secara pribadi maupun dari sisi religius, ia tidak percaya dengan Yahudi-Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. "Dari sejarahnya saja, mereka adalah orang-orang yang selalu melanggar kesepakatan. Mereka membunuh para nabi, oleh sebab itu saya tidak pernah percaya pada mereka, meski Islam selalu menunjukkan sikap yang baik pada mereka," paparnya.

Yousef menegaskan bahwa pernyataannya itu bukan untuk membela orang-orang Palestina ataupun atas nama seorang Muslim. Pernyataan itu merupakan pendapat pribadinya. "Allah Maha Tahu," tandasnya.

Sebagai orang yang pernah tinggal di pemukiman Yahudi di wilayah Palestina, Yousef mengakui adanya diskriminasi yang dilakukan pemerintah Israel terhadap Muslim Palestina. Yousef sendiri pernah dipukul oleh tentara-tentara Israel meski tidak seburuk perlakuan tentara-tentara Zionis itu pada warga Palestina.

"Saya masih beruntung, penderitaan yang saya alami tidak seberat penderitaan saudara-saudara kita di Afghanistan yang berada dibawah penjajahan AS atau saudara-saudara kita yang berada di kamp penjara AS di Kuba (Guantanamo)," imbuhnya dengan rasa syukur.

Allah memberikan hidayah pada umatnya, kadang dengan cara yang tak terduga. Seperti yang dialami Cohen atau Yousef yang justru masuk Islam setelah pindah ke wilayah pendudukan Israel di Gaza.

Salam semua yo!
Kali ini kita baca entry tauladan ya. Harap jangan diskip!

PETANG itu, di serambi rumah usang milik keluarga kami di Kuala Terengganu, saya duduk bersila berhadapan dengan adik bongsu, Amid atau nama sebenarnya Syed Mohammad Nazri Syed Bidin.
“Kenapa kau nak berhenti sekolah?” soal saya.
Amid menundukkan kepala dan membisu. Saya tidak puas hati. Sekali lagi saya ulang soalan yang sama.
“Amid tak nak sekolah sebab nak jaga emak. Amid nak jaga emak sampai akhir hayat,” jawab Amid dengan lembut, tetapi tegas.
Saya tersentak mendengar jawapan Amid.
“isshhh. betul ke budak ni? Baru darjah enam, masa seronok budak-budak pun masih belum habis,” hati saya berkata kata.

“Cakap betul-betul dengan abang. Kenapa tak nak sekolah? Ada budak jahat kacau ke?” pujuk saya lagi. Saya tidak mahu Amid berhenti sekolah kerana tidak tahan dengan gangguan budak-budak nakal.
“Betul bang, Amid tak tipu. Amid tak nak sekolah sebab nak jaga emak. Nanti kalau Amid belajar pandai-pandai, kena duduk jauh dari mak. Amid tak nak tinggalkan mak,” katanya separuh merayu.
Melihat kesungguhannya, saya jadi buntu. Nampak gayanya, Amid tidak bergurau.
“Betul ke ni?” soal saya masih tidak percaya.
“Betul,” balas Amid pula tanpa ragu ragu.
“Suka hati adiklah,” kata saya selepas lama termenung.
Mendengar jawapan saya, Amid tersenyum lalu meminta izin untuk masuk ke dalam rumah.

Saya termenung di serambi. Kata kata Amid itu benar-benar memberi kesan terhadap jiwa saya. Kecil-kecil lagi sudah ada kesedaran mahu berbakti kepada emak.
Tetapi, peristiwa itu berlaku 17 tahun dulu. Kini Amid sudah dewasa, umur pun sudah mencecah 29 tahun.
Saya tidak lagi ragu-ragu terhadap Amid. Memang betul, Amid tidak mahu bersekolah dulu kerana mahu menjaga emak.

Amid tidak bergurau. Amid telah membuktikan kepada saya dan adik beradiknya yang lain, memang dia ikhlas mahu menjaga emak.
Memang tidak dapat dinafikan, di antara kami Sembilan beradik, Amidlah anak yang paling taat terhadap emak. Tingkah lakunya, tutor katanya, begitu tertib ketika bersama emak atau orang yang lebih tua darinya. Seumur hidup, saya dan adik-beradik lain tidak pernah melihat Amid bersikap atau bercakap kasar terhadap emak.
Apa saja keputusan atau kehendaknya, Amid akan merujuk kepada emak terlebih dahulu.
Emaklah yang akan memutuskan. A kata emak, A jugalah katanya. Hitam kata emak, hitamlah kata Amid.
Saya sendiri, termasuk adik beradik lain tidak mampu untuk bersikap seperti Amid.

Pernah juga saya mengajak Amid bekerja di Kuala Lumpur mencari rezeki di sana, tetapi dia menolak.
Katanya, biarlah dia tinggal bersama emak.

“Kalau semua pergi, sapa nak jaga emak? Sapa nak uruskan lembu kambing? Kakak? Dia perempuan. Mana larat buat kerja yang berat-berat. Lagipun takkan nak biarkan rumah ni tak ada lelaki?” Abang dan kakak pun dah ada keluarga masing-masing. Abang Usop dan Abang Mat pula dah duduk di KL. Jadi, biarlah Amid duduk di kampung aja. Kerja jaga kambing dan lembu pun tak apalah,” kata Amid kepada saya.
Setiap kali saya mengajak, pasti jawapan Amid sama. Lama-kelamaan saya mengalah.
Kami adik-beradik sudah faham perangai Amid. Saya tahu, pasti Amid tidak akan setuju untuk ke Kuala Lumpur. Amid dan emak bagaikan isi dengan kuku. Bagaikan satu nyawa. Tidak boleh berpisah. Dia lebih rela menjadi gembala lembu daripada meninggalkan emak yang sudah tua itu.
Bukan itu sahaja, dalam hal-hal makan minum pun, Amid tetap akan mendahulukan emak. Sekiranya dia membawa pulang kuih-muih yang dibeli dari pekan, janganlah sesiapa sentuh, selagi emak tidak menjamah terlebih dulu. Ada kalanya saya perasan, emak menjamah sikit makanan itu, semata-mata untuk menjaga hati Amid.
Jika Amid berkenan untuk membeli sesuatu barangan, dia tidak akan terus membelinya. Amid terlebih dulu akan pulang dan meminta izin emak untuk membeli barang tersebut.
Sekiranya emak mengizinkan, barulah dia beli barang itu. Jika tidak, dia tidak akan beli, biarpun barangan itu memang dia inginkan.

Ketika emak terlantar sakit dan hampir lumpuh, Amidlah yang menjaganya. Kami adik-beradik ketika itu benar-benar mengharapkan Amid sebagai anak lelaki untuk menjaga emak. Maklumlah, kami di Kuala Lumpur. Tetapi Amid memang tidak mengecewakan kami.
Cerita emak kepada saya, setiap malam Amid akan tidur berdekatan emak di ruang tamu rumah tempat emak terbaring. Tidak pernah sekalipun dia tidur di biliknya selama emak terlantar. Pantang terdengar emak bergerak Mau terbatuk di tengah malam buta, Amid pasti terjaga.
“Kenapa mak? Mak nak buang air ke? Lapar? Mak nak minum?” Amid akan bertanya pada emak.

Sekiranya emak mahu buang air, Amid akan memapahnya ke bilik air.
Jika emak mahu minum, dia akan menyediakan minuman. Kalau emak pening, Amid akan memicit-micit kepala emak sehingga orang tua itu terlena. Jika emak menggigil kesejukan, Amid akan menarik selimut menutupi tubuh emak daripada kedinginan malam.

Satu malam, cerita emak kepada saya lagi,
ketika sedang berbaring, tiba-tiba dia berasa pening kepala. Lalu emak pun mengadu pada Amid yang sedang berbaring di sebelahnya.

Amid bingkas bangun lalu memicit micit kepala emak. Tiba-tiba, emak terasa nak muntah sangat-sangat.
Amid yang baru saja bangun untuk mengamhil besen, apabila melihatkan keadaan emak, membatalkan hasratnya ke dapur.

Amid segera berteleku dihadapan emak lalu menadah tangannya, meminta emak muntah di telapak tangannya.
Berlambak muntah emak di telapak tangan Amid. Tetapi, Amid sedikit pun tidak kisah atau berasa geli-geleman.

Apabila mendengar cerita emak, saya sendiri yang menitis air mata.
Memang, Amid sanggup berbuat apa sahaja untuk emaknya. Sehingga kini, apabila saya teringatkan peristiwa itu, air mata pasti bergenang. Sebak hati saya apabila emak menceritakan bagaimana Amid melayannya ketika dia sedang terlantar sakit.

Pengorbanan Amid terhadap emak memang tidak mampu dilakukan oleh adik-beradik yang lain termasuk saya sendiri. Di samping itu, Amid juga bertanggungjawab memberi makan lembu kambing sebanyak 30 ekor. Semuanya Amid laksanakan tanpa bersungut. Amid menjaga emak sehingga sembuh sepenuhnya.Semenjak berhenti sekolah, sehingga ke usianya hampir mencecah 30-an, rutin hidup Amid tidak pernah berubah.
Pagi, Amid akan ke kebun dan selepas solat Zuhur, dia akan pulang untuk makan tengah hari. Sementara menunggu petang menjelang, dia akan tidur sebentar melepaskan lelah.

Kemudian, selepas solat Asar, Amid akan keluar semula. Dia akan ke kebun yang jaraknya kira-kira dua kilometer dari rumah untuk memastikan lembu kambing yang sudah kekenyangan itu dimasukkan semula ke dalam kandang.
Begitulah kehidupan Amid seharian. Biarpun ketika Itu, usianya sudah cukup matang untuk mendirikan rumah tangga, namun dia langsung tidak terfikir ke arah itu.
Katanya pada saya, buat masa ini, cukuplah seorang wanita bergelar ibu di dalam hidupnya.
Khamis 7 Oktober 2004
AJAL dan maut di tangan Tuhan. Tidak ada sesiapa yang mampu menolak ketentuan Ilahi. Saya sendiri tidak menyangka, hari itu, Amid akan meninggalkan kami buat selamanya. Terlalu cepat rasanya Amid pergi terutama dalam usianya yang masih muda.Amid meninggal dipanah petir.
Ceritanya begini.
Pada hari itu, selepas pulang dari kebun menghantar emak ke rumah, Amid menunaikan solat Asar.
Selepas selesai, dia akan menunggang motosikal buruknya ke kebun untuk menghalau kambing dan lembu masuk semula ke kandang.Ketika itu, langit sudah gelap. Kilat mula memancar diiringi dentuman guruh. Menurut cerita kakak saya, Mek, Amid berada di kandang sehingga pukul 6.00 petang.

Mek nampak Amid menghalau lembu kambingnya sebab rumah Mek dekat saja dengan kandang haiwan itu.
Kira-kira pukul 6.15 petang, hujan mula turun dengan lebat. Kakak saya, Mek, Jah bersama adik saya, Nor dan Ana sedang berada di rumah mereka pada waktu itu.
Apabila hujan lebat turun dan guruh serta petir sabung-menyabung, mereka sangkakan Amid sudah pulang ke rumah emak.Jadi mereka langsung tidak memikirkan tentang Amid kerana menyangka Amid sudah pulang ke rumah sebelum hujan turun.
Tiba-Tiba.
prangggggg. tuuuuummmmt!

Dentuman serta panahan petir yang teramat kuat itu membuatkan Mek, Jah, Nor dan Ana terperanjat.
Panahan petir itu turut membelah beberapa batang pokok pisang yang ditanam di belakang rumah serta merobekkan dinding dan pintu bilik air rumah Mek.

Pada masa yang sama, emak yang sedang berada di halaman rumahnya kira-kira dua kilometer dari rumah Mek, turut terperanjat mendengar bunyi dentuman petir itu. Darahnya berderau. Lutut emak tiba-tiba saja jadi lemah. Dirinya terasa seperti di awang-awangan.
Tiba-tiba mulut emak terpacul kata kata, “Ya Allah. anak aku!”
Hati emak jadi berdebar-debar. Dia teringatkan Amid yang sedang berada di kebun. Emak tiba-tiba bimbang terjadi sesuatu yang buruk terhadap Amid.
Kira-kira setengah jam berlalu, hujan semakin reda. Pancaran kilat dan guruh juga sudah sayup-sayup bunyinya. Tiba-tiba Mek teringatkan Amid. Dia menghubungi emak, tetapi kata emak, Amid masih belum pulang.
Mek mula rasa tidak sedap hati. Dia mengajak abang kami, Pok Yee untuk keluar bersama mencari Amid. Mereka berdua menuju ke kandang yang tidak jauh dari rumah mereka itu.
Sampai di sana…
“Ya Allah, adik akuuuuuu!!!” jerit Mek sebaik sahaja melihat Amid terbaring mengiring di bawah pohon sentul di depan kandang kambingnya.
Mek memangku kepala Amid. Mek Jerit nama Amid beberapa kali, tapi Amid tidak lagi menyahut. Tubuhnya kaku. Cerita Mek kepada saya. ketika itu dia melihat darah mengalir laju keluar dari telinga Amid. Kesan lukanya pula seperti terkena tembakan peluru. Dari waJahnya, sehingga ke paras dada, menjadi hitam kesan terbakar.
Amid dibawa ke hospital dengan hantuan seorang jiran dan disahkan sudah meninggal dunia. Ketika menunggu hospital membenarkan kami membawa pulang jenazah Amid, Mek pun bercerita kepada kami bagaimana dia melihat sesuatu yang agak pelik pada mayat Amid ketika dia mula-mula menjumpainya.
Cerita Mek, mayat Amid dijumpainya terbaring mengiring menghadap ke arah kiblat dan kedua-dua tangannya pula dalam keadaan kiam.

Lazimnya seseorang yang dipanah petir, tercampak dan keadaan anggota badannya tidak teratur. Tetapi ini tidak, mayat Amid seolah olah dibaringkan dan tangannya dikiamkan ke dada. cerita Mek kepada kami lagi.
Pagi Jumaat 8 Oktober 2004
PAGI itu, suasana pilu menyelubungi rumah kami. Mayat Amid terbujur kaku diselimuti kain kapan di ruang tamu. Saya termasuk beberapa orang adik-beradik dan orang kampung, sibuk menguruskan urusan pengebumian Amid.
Di sekeliling mayat, kelihatan saudara-mara memenuhi ruang rumah, termasuk orang-orang kampung membacakan surah Yasin. Setelah solat jenazah, mayat Amid dibawa ke perkuburan. Sebaik selesai urusan pengebumian, azan solat Jumaat pun berkumandang.
Sehari selepas Amid dikebumikan, saya ke kuburnya untuk membacakan surah Yasin. Saya tiba di tanah perkuburan kira-kira pukul 9.00 pagi. Ketika sedang khusyuk membaca Yasin. tiba tiba saya terdengar suara burung berkicauan di atas pokok-pokok di kuburan itu.
Pada mulanya saya tidak hiraukan kicauan burung-burung tersebut. Tetapi lama-kelamaan, saya dengar bunyi kicauan itu semakin kuat dan rancak. Saya pun mendongak, kelihatanlah sekumpulan burung sedang terbang berpusing dan galak berkicau.Mula timbul rasa pelik dalam diri saya sebab sewaktu mula-mula sampai ke tanah perkuburan, langsung tidak nampak kelibat seekor burung pun.
Saya menyambung kembali bacaan sehingga tamat. Anehnya, sebaik saya habis membaca surah Yasin, bunyi kicauan burung itu hilang serta-merta. Apabila saya mendongak, saya dapati sekawan burung yang berterbangan tadi juga sudah ghaib entah ke mana.
Serentak itu saya terbau saw haruman yang tidak pernah saya rasai sebelum ini. Baunya amat harum. Saya mencaricari dari mana datangnya bau harum itu, mungkin dari orang lain yang berkunjung ke kawasan perkuburan itu, tapi saya tidak menemuinya. Tiada orang lain di kawasan perkuburan itu kecuali saya.
Saya kemudian meninggalkan pusara Amid, sedang di dalam kepala masih terfikir-fikir tentang kejadian pelik sebentar tadi.Apabila pulang ke rumah emak, tambah memeranjatkan, apabila saya terbau haruman yang sama di dalam bilik Amid. Saya masuk ke biliknya dan mendapati bau tersebut datangnya dari sudut bilik tempat Amid sering bersembahyang. Subhaanallah! Itu saja yang mampu saya katakan dalam hati.
Bukanlah tujuan saya untuk bercerita tentang kebaikan adik sendiri atau bertujuan untuk berbangga, riak dan sebagainya, tetapi bagi keluarga kami, Amid menjadi contoh seorang anak yang begitu taat kepada ibunya. Dan kisah ini ingin saya kongsikan bersama sebagai satu pengajaran buat kita semua.
Setiap kali saya terbaca kisah-kisah sadis dan kejam seperti kejadian anak membunuh ibu, atau anak sanggup menghantar ibu bapa ke rumah jagaan orang-orang tua di akhbar atau majalah, pasti saya akan teringatkan sikap Amid.
Biarpun Amid sudah pergi meninggalkan kami hampir bertahun lamanya, namun apabila saya terkenangkannya, saya akan menitiskan air mata. Sedih dan terharu apabila mengenangkan pengorbanan Amid terhadap emak.
Namun, dalam sedih, ada terselit di hati saya rasa gembira. Sikap taatnya kepada ibu, dan peristiwa pelik yang berlaku pada Amid ketika kematiannya, membuatkan saya yakin, itu adalah petunjuk dari Tuhan, sebagai balasan buat seorang anak yang telah mengabdikan diri terhadap ibu sehingga ke akhir hayatnya.
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua-dua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua-dua ibu bapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan)”. – Surah Luqman ayat 14.
Sekadar renungan kepada kita. Sesamalah kita ambil iktibar. Insya’allah.

Sekian terima kasih!

 
Ayah...
rasakan di hatimu
secebis kasihku
yang kian merinduimu
biar kau tiada di mataku
asal kau bersama penciptaku
juga penciptamu
yang menjanjikan
pertemuanku denganm
di syurga milik tyang satu....




Akhawat

  • - Assalamualaikum everibadi. Hmm dh lame tk update blog nih. Tetiba mlm nie ade something yg nk di share. Huish, suspend je bunyik tu. Hahaa Semenjak 2 menja...
    10 years ago
  • " SEPSIS " - Assalamualaikum pnduduk bumi ALLAH s.w.t ^^, today i want to share some information about the disease, that we call "SEPSIS" yup mybe rmai yang dah tahu te...
    11 years ago
  • -
    13 years ago

Recent Posts

.

Recent Comments

My YM

Rileks Minda

Powered by Blogger.

Followers

Labels